Senin, 02 April 2012

Pacaran, boleh....atau ko boleh???


PACARAN, boleh ko???? ato ko boleh???

Inilah bahan pembicaraan yang lagi ngetop di kalangan para remaja kita, bahasan ini tidak akan pernah ada habisnya, terutama bagi para remaja yang di berada dikalangan usia SMA. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), Pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; berkasih-kasihan. Memacari adalah mengencani; menjadikan dia sebagai pacar.
Kata Pacar sendiri berasal dari nama sejenis tanaman hias yang cepat layu dan mudah disemaikan kembali. Tanaman ini tidak bernilai ekonomis (murahan) sehingga tidak diperjualbelikan. Hal ini sebagai simbol bahwa pacaran adalah perilaku yang tidak bernilai. Jika suatu waktu puas dengan pacarnya, maka dia akan mudah beralih kepada pacarnya yang baru. Pacaran sendiri dapat diartikan ajang saling mengenal agar mengetahui karakter masing-masing. Tetapi para remaja banyak yang menyala gunakan dan sudah melanggar makna pacaran sendiri sebagai ajang perkenalan. Dalam Islam ajang perkenalan disebut khitbah yaitu pihak laki-laki mengajukan lamaran terhadap pihak wanita.
Dari pemaparan di atas jelaslah, pacaran bukan dari Islam, melainkan budaya jahiliyah yang harus ditinggalkan oleh segenap remaja muda Islam. Karena mustahil ada pacaran secara Islam atau mustahil ada pacaran yang secara Islami. Seperti halnya mustahil ada judi yang Islami, bangkai yang Islami, khalwat Islami, dll. Yang haram tetap haram dan tidak bisa berubah hukum sekalipun dikaitkan dengan simbol-simbol Islam.
“Katakanlah: “Apakah kita kan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfa’atan, kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita kan dikembalikan ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di tempat yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): “Marilah ikuti kami”. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al-An’am:71)
Namun bagi mereka yang tetap berpijak pada langkah-langkah jahiliyah, Rosulullah memperingatkan:
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan kaum itu” (H.R. Muslim)
Untuk itu seorang muslim harus selektif dalam melakukan suatu amalan. Setiap perilaku yang bukan dari Islam harus dibuang jauh-jauh karena akan mendatangkan bencana dalam hidup. Sebaliknya apa yang datang dari Islam harus disambut hangat karena akan mendatangkan berbagai kemaslahatan.
Firman Allah swt. :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al-Baqarah:208)
Oleh karena itu kita sebagai generasi muda Islam, generasi penerus bangsa hendak lah perlahan-lahan marilah kita hilangkan budaya-budaya orang jahiliyah, dan hendak lah kita memenuhi kewajiban kita untuk belajar lebih tekun, sehingga kita termasuk orang-orang yang dirindukan oleh surga-Nya.



“Janganlah bermain CINTA, jika kamu tak ingin diperbudak oleh CINTA”.

                                                                                                                        (M2m)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar