PACARAN, boleh ko???? ato ko boleh???
Inilah bahan
pembicaraan yang lagi ngetop di kalangan para remaja kita, bahasan ini tidak
akan pernah ada habisnya, terutama bagi para remaja yang di berada dikalangan
usia SMA. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), Pacar
adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap mempunyai hubungan
berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; berkasih-kasihan.
Memacari adalah mengencani; menjadikan dia sebagai pacar.
Kata Pacar
sendiri berasal dari nama sejenis tanaman hias yang cepat layu dan mudah
disemaikan kembali. Tanaman ini tidak bernilai ekonomis (murahan) sehingga
tidak diperjualbelikan. Hal ini sebagai simbol bahwa pacaran adalah perilaku
yang tidak bernilai. Jika suatu waktu puas dengan pacarnya, maka dia akan mudah
beralih kepada pacarnya yang baru. Pacaran sendiri dapat diartikan ajang saling
mengenal agar mengetahui karakter masing-masing. Tetapi para remaja banyak yang
menyala gunakan dan sudah melanggar makna pacaran sendiri sebagai ajang
perkenalan. Dalam Islam ajang perkenalan disebut khitbah yaitu pihak
laki-laki mengajukan lamaran terhadap pihak wanita.
Dari pemaparan
di atas jelaslah, pacaran bukan dari Islam, melainkan budaya jahiliyah yang
harus ditinggalkan oleh segenap remaja muda Islam. Karena mustahil ada pacaran
secara Islam atau mustahil ada pacaran yang secara Islami. Seperti halnya
mustahil ada judi yang Islami, bangkai yang Islami, khalwat Islami, dll.
Yang haram tetap haram dan tidak bisa berubah hukum sekalipun dikaitkan dengan
simbol-simbol Islam.
“Katakanlah:
“Apakah kita kan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat
mendatangkan kemanfa’atan, kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan
kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita kan dikembalikan ke belakang,
sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan
oleh syaitan di tempat yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai
kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan):
“Marilah ikuti kami”. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang
sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan
semesta alam.” (Q.S. Al-An’am:71)
Namun bagi
mereka yang tetap berpijak pada langkah-langkah jahiliyah, Rosulullah
memperingatkan:
“Barang
siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan kaum itu” (H.R.
Muslim)
Untuk itu
seorang muslim harus selektif dalam melakukan suatu amalan. Setiap perilaku
yang bukan dari Islam harus dibuang jauh-jauh karena akan mendatangkan bencana
dalam hidup. Sebaliknya apa yang datang dari Islam harus disambut hangat karena
akan mendatangkan berbagai kemaslahatan.
Firman Allah
swt. :
“Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhannya,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al-Baqarah:208)
Oleh karena
itu kita sebagai generasi muda Islam, generasi penerus bangsa hendak lah
perlahan-lahan marilah kita hilangkan budaya-budaya orang jahiliyah, dan hendak
lah kita memenuhi kewajiban kita untuk belajar lebih tekun, sehingga kita
termasuk orang-orang yang dirindukan oleh surga-Nya.
“Janganlah bermain CINTA,
jika kamu tak ingin diperbudak oleh CINTA”.
(M2m)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar